Jumat, 11 Mei 2012

PRAKATA                    (1/6)
 
   Lingkungan kekuasaan Islam yang pertama -xli; Islam dan
   Nasrani  -  xliii;  Kaum  Muslimin  dan  Isa  -  xliii;
   Orang-orang Kristen yang fanatik dan  Muhammad  -  xlv;
   Dasar-dasar  yang  sederhana  dalam  kedua agama - xlv;
   Perbedaan Tauhid  dan  Trinitas  -xlvii;  Kaum  Nasrani
   mengajak  Nabi  berdebat  -  xlviii; Masalah penyaliban
   Almasih  -  li;  Rumawi  dan  kaum  Muslimin   -   lii;
   Penulis-penulis  Kristen  dan  Muhammad  -  lii;  Sebab
   permusuhan Islam-Kristen -  lv;  Kristen  tidak  sesuai
   dengan  watak  Barat  -  lvi; Penjajahan dan propaganda
   anti Islam - lviii; Islam dan apa yang  terjadi  dengan
   umat  Islam  -lviii;  Sikap  jumud di kalangan pemuda -
   lix;  Ilmu  dan  literatur  Barat  -  lx;   Usaha-usaha
   modernisasi  dunia  Islam  -  lxi;  Misi  penginjil dan
   golongan yang berpikiran beku  -  lxii;  Terpikir  akan
   menulis  buku  ini  -  lxiii; Qur'an sumber yang paling
   otentik - lxiii; Konsultasi yang tepat  -  lxiv;  Dalam
   batas-batas  biografi, tidak lebih - lxvi; Penyelidikan
   berguna bagi seluruh umat manusia - lxviii.
 
MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam.
 
Dengan nama yang begitu  mulia,  jutaan  bibir  setiap  hari
mengucapkannya,   jutaan   jantung  setiap  saat  berdenyut,
berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut
sejak  seribu  tiga  ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang
begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan,  berjuta
jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
 
Pada    setiap    hari    di    kala    fajar   menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai  nampak  hendak
menghalau   kegelapan  malam,  ketika  itu  seorang  muazzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa  bangun
bersembahyang  lebih  baik daripada terus tidur. Ia mengajak
mereka  bersujud  kepada   Allah,   membaca   selawat   buat
Rasulullah.
 
Seruan  ini  disambut  oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia
dari segenap penjuru  bumi,  menyemarakkannya  dengan  salat
menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya
hari  baru.  Dan  bila  hari  siang,  mataharipun  berangkat
pulang,  kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang
lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam
sembahyang  ini  mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi
dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh  kerendahan
hati   dan   syahdu.   Dan  selama  mereka  dalam  rangkaian
sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka  menyebut
asma  Allah  dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka,
dan akan begitu mereka, setelah Allah  memperlihatkan  agama
yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh
umat manusia.
 
LINGKUNGAN KEKUASAAN ISLAM YANG PERTAMA
 
Tidak  banyak   waktu   yang   diperlukan   Muhammad   dalam
menyampaikan  ajaran  agama,  dalam  menyebarkan panjinya ke
penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah  menyempurnakan
agama  ini  bagi  kaum  Muslimin. Dalam pada itu iapun telah
meletakkan landasan penyebaran agama  itu:  dikirimnya  misi
kepada  Kisra1,  kepada  Heraklius  dan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa lain supaya mereka  sudi  menerima  Islam.
Tak  sampai  seratus  limapuluh  tahun  sesudah itu, bendera
Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah
barat,  ke  India,  Turkestan,  sampai  ke  Tiongkok di Asia
Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi  Suria,  Libanon,
Yordania   dan   Palestina   sekarang),   Irak,  Persia  dan
Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam.  Selanjutnya
negeri-negeri  Arab  dan  kerajaan  Arab,  sampai  ke Mesir,
Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko,  -sekitar  Eropa  dan
Afrika-  telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan
sejak waktu itu sampai masa kita  sekarang  ini  panji-panji
Islam  tetap  berkibar  di semua daerah itu, kecuali Spanyol
yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya  disiksa
dengan  bermacam-macam  cara  kekerasan.  Tidak  tahan  lagi
mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali  ke  Afrika,
ada  pula  yang  karena  takut  dan  ancaman, berbalik agama
berpindah dari agama asalnya kepada agama  kaum  tiran  yang
menyiksanya.
 
Hanya  saja  apa  yang  telah  diderita  Islam  di Andalusia
sebelah barat Eropa  itu  ada  juga  gantinya  tatkala  kaum
Usmani  (Turki)  memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di
Konstantinopel.  Dari  sanalah  ajaran  Islam  itu  kemudian
menyebar  ke  Balkan,  dan  memercik pula sinarnya sampai ke
Rusia dan Polandia sehingga  berkibarnya  panji-panji  Islam
itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.
 
Sejak  dari  semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang
ini  memang  belum   ada   agama-agama   lain   yang   dapat
mengalahkannya.  Dan  kalaupun ada di antara umat Islam yang
ditaklukkan,  itu  hanya  karena   adanya   berbagai   macam
kekerasan,  kekejaman  dan despotisma, yang sebenarnya malah
menambah kekuatan iman mereka  kepada  Allah,  kepada  hukum
Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.
 
ISLAM DAN NASRANI
 
Kekuatan  inilah  yang telah menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung dengan  pihak  Nasrani  yang
menghadapinya  dengan  sikap  permusuhan yang sengit sekali.
Muhammad telah berhasil melawan  paganisma  dan  mengikisnya
dari   negeri-negeri   Arab,   seperti  juga  yang  kemudian
dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di  Persia,
di   Afganistan   dan   tidak   sedikit   pula   di   India.
Pengganti-pengganti Muhammad telah  dapat  juga  mengalahkan
kaum  Nasrani  di  Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke
pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.
 
Seperti halnya dengan paganisma, adakah juga terhadap  agama
Nasrani akan senasib mengalami kelenyapan sebagai salah satu
agama Kitab yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang  juga
mendapat wahyu melalui Nabinya? Adakah orang-orang Arab itu,
Arab pedalaman yang datang  merantau  dari  pelosok  jazirah
padang  pasir  yang gersang, akan ditakdirkan juga menguasai
taman-taman Andalusia, Bizantium  dan  daerah-daerah  Masehi
lainnya?  Lebih baik mati daripada itu. Selama beberapa abad
terus-menerus    antara    pengikut-pengikut     Isa     dan
pengikut-pengikut  Muhammad  telah  terjadi  peperangan yang
terus-menerus. Dan peperangan itu tidak terbatas pada pedang
dan   meriam   saja,   malah   juga   diteruskan  sampai  ke
bidang-bidang  perdebatan  dan  pertentangan  teologis  yang
dibawa  oleh  pejuang-pejuang  itu,  masing-masing atas nama
Muhammad dan atas  nama  Isa,  masing-masing  mencari  jalan
mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisma dan
semangat rakyat jelata
 
KAUM MUSLIMIN DAN ISA
 
Akan  tetapi  Islam  melarang  kaum   Muslimin   merendahkan
kedudukan  Isa - karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikanNya  ia  orang  yang
beroleh  berkah  di  mana pun ia berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang, mengeluarkan  zakat  selama  ia  masih
hidup,  dijadikanNya  ia  orang yang berbakti kepada ibunya,
dan tidak pula  dijadikan  orang  yang  pongah  dan  celaka.
Bahagia  ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala
ia dibangkitkan hidup kembali.
 
ORANG-ORANG KRISTEN YANG FANATIK DAN MUHAMMAD
 
Sedang dari pihak kaum Masehi, banyak di antara  mereka  itu
yang   menyindir-nyindir   Muhammad  dan  menilainya  dengan
sifat-sifat  yang  tidak   mungkin   dilakukan   oleh   kaum
terpelajar  -  untuk  melampiaskan  rasa  kebencian yang ada
dalam  hati  mereka  serta  beragitasi  membangkitkan  emosi
orang.  Meskipun  ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah
berakhir sejak ratusan  tahun  yang  lalu,  namun  fanatisma
gereja  Kristen  terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai
pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih  tetap
demikian   kalau   tidak  akan  dikatakan  malah  bertambah,
sekalipun dilakukan  dengan  sembunyi-sembunyi,  berselubung
misi  dengan  pelbagai  macam  cara.  Hal ini tidak terbatas
hanya  pada  gereja   saja   bahkan   sampai   juga   kepada
penulis-penulis  dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang
dapat dikatakan  tidak  seberapa  hubungannya  dengan  pihak
gereja.
 
Bisa   jadi  orang  merasa  heran  bahwa  fanatisma  Kristen
terhadap Islam masih begitu  keras  pada  suatu  zaman  yang
diduga  adalah  zaman cerah dan zaman ilmu pengetahuan, yang
berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan  orang
akan  lebih  heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang
mula-mula, betapa mereka merasa gembira  melihat  kemenangan
kaum  Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma),
melihat kemenangan  pasukan  Heraklius  merebut  panji-panji
Persia  dan dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia
adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian  selatan,  sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya  -  pada  tahun
614  -  di  bawah  salah  seorang  panglimanya  yang bernama
Syahravaraz2 untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya
ketika  berhadap-hadapan  di Adhri'at3 dan di Bushra4, tidak
jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang  terbunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.
 
Pada  waktu  itu  Arab - terutama penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita  perang  itu  dengan  penuh  perhatian.  Kedua
kekuatan  yang  sedang  bertarung  itu  merupakan  peristiwa
terbesar  yang  pernah  dikenal   dunia   pada   masa   itu.
Negeri-negeri  Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan  sebahagian
lagi  berbatasan  dengan  Rumawi.  Orang-orang  kafir  Mekah
bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu;  sebab
mereka   juga  Ahli  Kitab  seperti  kaum  Muslimin.  Mereka
berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan
agama kaum Muslimin.
 
Sebaliknya  pihak  Muslimin merasa sedih sekali karena pihak
Rumawi  juga  Ahli  Kitab  seperti  mereka.   Muhammad   dan
sahabat-sahabatnya   tidak   mengharapkan  kemenangan  pihak
Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan kaum Muslimin dan
kaum   kafir  Mekah  ini  sampai  menimbulkan  sikap  saling
berbantah dari kedua belah  pihak.  Kaum  kafirnya  mengejek
kaum   Muslimin,  sampai  ada  di  antara  mereka  itu  yang
menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun
sampai  marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira;
pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.
 
Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut  hati.
Mendengar  jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan
pula: Engkau pembohong.  Abu  Bakr  marah:  Engkaulah  musuh
Tuhan  yang  pembohong!  Hal  ini  disertai  dengan  taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan  mengalahkan  kaum
Majusi  dalam  waktu  setahun.  Muhammad  mengetahui  adanya
peristiwa taruhan ini, lalu dinasehatinya Abu  Bakr,  supaya
taruhan  itu ditambah dan waktunyapun diperpanjang. Abu Bakr
memperbanyak jumlah  taruhannya  sampai  seratus  ekor  unta
dengan  ketentuan,  bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam
waktu kurang dari sembilan tahun.
 
Dalam tahun 625  ternyata  Heraklius  menang  melawan  pihak
Persia.  Syam  direbutnya  kembali  dan  Salib  Besar  dapat
diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang.  Sebagai
nubuat  atas  kemenagan ini firman Tuhan turun seperti dalam
awal Surah ar-Rum: "Alif- Lam. Mim.  Kerajaan  Rumawi  telah
dikalahkan.   Di   negeri   terdekat.  Dan  mereka,  sesudah
kekalahan itu,  akan  mendapat  kemenangan.  Dalam  beberapa
tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau,
dan masa akan datang. Pada hari itu orang-orang beriman akan
bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha  Mulia  Ia  dalam  Kekuasaan  dan  Maha
Penyayang.  Demikian  janji  Allah.  Allah  takkan menyalahi
janjiNya. Tetapi  kebanyakan  orang  tidak  mengerti."  (QS,
30:1-6)
 
Besar  sekali  kegembiraan  kaum  Muslimin  atas  kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara
mereka  yang  menjadi  pengikut  Muhammad  dan  mereka  yang
percaya  kepada  Isa,  selama  hidup  Nabi,  besar   sekali,
meskipun  antara  keduanya sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum  Muslimin  dengan  pihak  Yahudi,
yang  pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang  berlarut-larut,  yang  sampai  meninggalkan
bekas  berdarah  dan  membawa  akibat  keluarnya orang-orang
Yahudi dari seluruh jazirah Arab.  Kebenaran  atas  kejadian
ini  ialah  firman  Tuhan: "Pasti akan kaudapati orang-orang
yang  paling  keras  memusuhi  mereka  yang  beriman   ialah
orang-orang  Yahudi  dan orang-orang musyrik; dan pasti akan
kaudapati orang-orang yang paling  akrab  bersahabat  dengan
mereka  yang  beriman  ialah  mereka yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka terdapat  kaum
pendeta  dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan
diri." (QS, 5:82)
 
                                    DASAR-DASAR YANG SEDERHANA DALAM KEDUA AGAMA
 
Kemudian kita melihat kedua  agama  ini  mempunyai  konsepsi
tentang hidup dan akhlak yang dapat dikatakan sama. Keduanya
memandang manusia dan awal  mula  penjadiannya  sama:  Allah
menciptakan  Adam  dan  Hawa  dan keduanya ditempatkan dalam
surga, kemudian diwahyukan jangan mereka mendengarkan godaan
setan.  Tetapi mereka makan juga (buah) dari pohon itu, maka
merekapun keluar dari  surga.  Setan  yang  tak  mau  tunduk
kepada  Adam,  adalah  musuh mereka - sebagaimana diwahyukan
Allah kepada  Muhammad  -  dan  yang  tidak  mau  menyucikan
kalimat  Allah, menurut kitab-kitab SUCI kaum Nasrani. Setan
memperdayakan Hawa dan membujuknya.  Lalu  Hawapun  membujuk
Adam  dan  keduanya  sama-sama  makan  dari Pohon Abadi itu.
Karena itu, maka tampaklah  aurat  mereka.  Merekapun  minta
ampun  kepada  Tuhan  dan  Tuhan mengirimkan mereka ke bumi,
yang  akan  jadi  saling  bermusuhan  di   antara   sebagian
keturunan mereka, dan yang akan diperdayakan setan, sehingga
akan ada golongan yang sesat dan ada pula yang akan  melawan
kehancuran itu.
 
Untuk memperkuat perjuangan manusia melawan godaan dosa itu,
Tuhan telah mengutus Nuh, Ibrahim, Musa, Isa  dan  nabi-nabi
yang lain, dan kepada setiap rasul itu disertakan pula kitab
(wahyu) menurut bahasa masyarakat lingkungan guna memperkuat
apa  yang  datang  dari  Tuhan dan memberi penerangan kepada
mereka. Sebagaimana juga di pihak  setan  ada  barisan  yang
membela  nafsu  kejahatan,  juga  para  malaikat  memuja dan
menguduskan kesucian Tuhan. Masing-masing mereka itu  saling
berselisih   menghadapi  hidup  dan  alam  ini  sampai  Hari
Kebangkitan, tatkala setiap jiwa kelak akan memperoleh hasil
sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan takkan ada seorang
teman akrabpun yang sudi menanyakan teman lainnya.

PERBEDAAN TAUHID DAN TRINITAS
 
Akan kita lihat dalam Qur'an yang telah menyebutkan Isa  dan
Mariam  dengan  penghormatan serta penghargaan yang demikian
rupa dari Tuhan sehingga kitapun karenanya turut  bersimpati
pula,  terbawa  oleh  rasa  persaudaraan.  Tetapi  apa  yang
menyebabkan kita lalu bertanya?: Kalau begitu,  kenapa  kaum
Muslimin  dan  Kristen  selama berabad-abad terus bermusuhan
dan berperang? Jawaban  atas  pertanyaan  ini  ialah,  bahwa
antara   ajaran-ajaran   Islam   dan  Kristen  itu  terdapat
perbedaan asasi yang menjadi suatu  sebab  perdebatan  hebat
semasa  Nabi, sekalipun perdebatan demikian itu tidak sampai
melampaui batas permusuhan dan kebencian. Kaum Kristen tidak
mengakui  kenabian  Muhammad  seperti  Islam  yang  mengakui
kenabian Isa; Kristen berlandaskan  Trinitas,  sedang  Islam
samasekali  menolak,  selain Tauhid. Kaum Kristen menuhankan
Isa, dan berpegang pada argumentasi ketuhanannya  itu  bahwa
dia   sudah   berbicara   sejak   di   dalam   buaian  serta
memperlihatkan mujizat-mujizat yang tak dapat dilakukan oleh
yang  lain;  suatu hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan.

KAUM NASRANI MENGAJAK NABI BERDEBAT
 
Pada masa permulaan  Islam  mereka  mendebat  kaum  Muslimin
tentang   itu  dengan  menggunakan  Quran,  dengan  berkata:
Bukankah Quran yang diturunkan kepada Muhammad itu  mengakui
pendapat  kami  ketika  berkata:  "Dan tatkala para malaikat
berkata: 'Aduhai Mariam, Tuhan menyampaikan  berita  gembira
kepadamu  dengan  Firman  Tuhan:  namanya  Isa al Masih anak
Mariam,  orang  terpandang  di  dunia  dan  di  akhirat  dan
termasuk  orang yang dekat (kepada Tuhan). Ia akan berbicara
dengan orang semasa ia anak-anak dan sesudah dewasa  dan  ia
tergolong  orang yang baik-baik.' Kata (Mariam)-nya: 'Tuhan,
dari mana saya akan mendapatkan anak, padahal tak ada  orang
yang  menyentuhku.'  Ia  (Tuhan)  berkata: 'Begitulah, Tuhan
mencipta menurut kehendakNya. Jika ia memutuskan sesuatu, Ia
hanya  berkata: Jadilah, maka iapun jadi. Dan ia mengajarkan
Kitab kepadanya, hikmah kebijaksanaan, Taurat dan Injil. Dan
ia  diutus  menjadi  Rasul bagi Keluarga Israil: 'Aku datang
kepadamu membawa sebuah Bukti dari Tuhanmu. Kuciptakan  dari
tanah  liat  bentuk serupa burung. Kutiup ia lalu ia menjadi
seekor burung dengan ijin Allah, dan aku dapat  menyembuhkan
orang  buta  dan  berpenyakit kusta serta menghidupkan orang
mati dengan ijin Allah. Akupun dapat memberitahukan kepadamu
apa  yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dalam rumahmu.
Itulah  suatu  bukti  bagimu  bila  kamu  orang-orang   yang
beriman." (QS, 3:45-49)
 
Jadi  Qur'an  menegaskan,  bahwa ia menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta asal  dari  kelahiran,  menyembuhkan
kusta,  dan  dari  segumpal tanah dijadikannya seekor burung
dan dapat membuat ramalan dan  semua  ini  adalah  merupakan
sifat-sifat  Ilahiah.  Inilah  pandangan  kaum  Nasrani masa
Nabi,  yang   dijadikan   mereka   bahan   argumentasi   dan
mengajaknya  berdebat dengan pendirian, bahwa Isa juga Tuhan
di samping Allah. Dan ada lagi segolongan  mereka  itu  yang
berpendirian menuhankan Mariam karena Allah telah menurunkan
SabdaNya kepadanya. Pendirian  kaum  Nasrani  yang  demikian
pada  masa  itu  menganggap  Mariam  satu  dari  tiga  dalam
Trinitas Bapa, Anak dan Ruh Kudus. Mereka yang  berpendirian
dengan  menuhankan  Isa  dan ibunya itu hanya merupakan satu
sekte  dari   sekian   banyak   sekte-sekte   Nasrani   yang
bermacam-macam dan terpencar-pencar itu.
 
Orang-orang  Nasrani  seluruh  jazirah Arab dengan alirannya
yang bermacam-macam itu mengajak Muhammad  berdebat  menurut
dasar  mazhab  mereka.  Kata mereka Almasih itu ialah Allah,
dia anak Allah; kata mereka dia adalah satu dari tiga  dalam
Trinitas.  Mereka  yang  berpendapat  pada ketuhanan Isa itu
berpegang  pada  argumentasi  yang   disebutkan   di   atas.
Argumentasi  yang  mengatakan  bahwa  dia  anak Allah, sebab
bapanya tidak  diketahui  orang,  dan  dia  berbicara  dalam
buaian  semasa  anak-anak,  yang  tak  pernah  terjadi  pada
siapapun dari anak Adam. Argumentasi yang  mengatakan  bahwa
dia satu dari tiga dalam Trinitas, sebab Allah berkata: Kami
perintahkan, Kami jadikan dan  Kami  tentukan.  Kalau  hanya
Satu  tentu  berkata:  Aku  perintahkan, Aku jadikan dan Aku
tentukan. Muhammad mendengarkan semua tanggapan mereka  itu,
dan  mengajaknya  berdiskusi  dengan  cara  yang lebih baik.
Dalam perdebatan itu ia tidak begitu keras seperti  terhadap
kaum  musyrik  dan  penyembah berhala. Bahkan dikemukakannya
argumen itu berdasarkan wahyu dengan  cara  yang  logis  dan
sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab mereka. Allah
berfirman: "Sebenarnya  mereka  telah  melakukan  penghinaan
(terhadap  Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah ialah
Isa al-Masih  anak  Mariam.  Katakan:  Siapakah  yang  dapat
merintangi  jika Ia hendak membinasakan al-Masih anak Mariam
serta ibunya dan setiap orang yang  ada  di  muka  bumi  ini
semua?  Kerajaan  langit  dan  bumi serta segala yang ada di
antara itu, adalah milik Allah. Ia menciptakan apa yang  ada
di   antara  itu,  dan  Allah  Maha  Kuasa  atas  segalanya.
Orang-orang  Yahudi  dan  Nasrani   berkata:   Kami   adalah
anak-anak  Allah  dan  yang dicintaiNya. Katakan: Mengapa Ia
menyiksamu  karena  dosa-dosamu  itu?   Sebenarnya   kamupun
manusia,  seperti  yang  pernah diciptakanNya. Ia mengampuni
siapa saja yang dikehendakiNya dan Ia menghukum  siapa  saja
yang  dikehendakiNya.  Kerajaan langit dan bumi serta segala
yang ada di antara itu, adalah milik Allah. Dan kepadaNyalah
kembali sebagai tujuan terakhir." (QS, 5:17-18)
 
"Sebenarnya  mereka  telah  melakukan  penghinaan  (terhadap
Tuhan), mereka yang mengatakan,  bahwa  Allah  itu  al-Masih
anak  Mariam. Bahkan al-Masih berkata: Hai anak-anak Israil,
sembahlah   Allah,   Tuhanku   dan   Tuhanmu.    Barangsiapa
mempersekutukan Allah, Allah akan mengharamkan surga baginya
dan tempatnya adalah api neraka. Orang-orang  teraniaya  itu
takkan  punya  pembela.  Sebenarnya  mereka  telah melakukan
penghinaan (terhadap Tuhan) mereka  yang  mengatakan,  bahwa
Allah  adalah  satu  dari tiga dalam Trinitas. Tak ada tuhan
kecuali Tuhan Yang  Satu.  Apabila  tidak  mau  juga  mereka
berhenti   (menghina   Tuhan),   pasti   mereka  yang  telah
merendahkan  (Tuhan),  itu  akan   dijatuhi   siksaan   yang
memedihkan." (QS, 5:72-73)
 
"Dan  ingat  ketika  Allah  berkata:  Hai  Isa  anak Mariam!
Engkaukah yang mengatakan  kepada  orang:  mengangkatku  dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Ia menjawab: Maha Suci
Engkau, tidak akan aku mengatakan yang bukan menjadi  hakku.
Kalaupun    aku    mengatakannya,    tentu    Engkau   sudah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam  hatiku,
tapi aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam Dirimu. Maha
Mengetahui Engkau  atas  segala  yang  gaib.  Tak  ada  yang
kukatakan kepada mereka, selain daripada yang Kauperintahkan
kepadaku;  supaya  mereka  menyembah  Allah,   Tuhanku   dan
Tuhanmu,  dan  akulah  saksi  mereka  selama  aku  berada di
tengah-.engah mereka. Tetapi setelah Kauwafatkan aku, Engkau
Pengawas  mereka  dan  Engkau  pula  yang menyaksikan segala
sesuatu.  Kalau   Engkau   siksa   mereka,   mereka   adalah
hamba-hambaMu,   kalaupun   Engkau   ampuni  mereka,  Engkau
Penguasa Maha Mulia dan Bijaksana." (QS, 5:116-118)
 
Pandangan Nasrani adalah Trinitas dan Isa adalah anak Allah.
Sedangkan  Islam  menolak  semua  itu  dengan  tegas sekali,
menolak bahwa Tuhan mempunyai  anak.  "Katakan:  'Allah  itu
Satu.  Allah  itu  abadi dan mutlak. Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tiada satu apa pun  yang  menyerupai-Nya."
(QS,  112:1-4)  "Tidak  sepatutnya bagi Allah akan mengambil
anak. Maha Suci Ia." (QS, 19:35) "Hal seperti  terhadap  Isa
bagi Allah sama seperti terhadap Adam; dijadikan-Nya ia dari
tanah lalu dikatakan: jadilah, maka jadilah ia." (QS, 3:59)
 
Pada dasarnya Islam adalah agama  Tauhid,  dalam  pengertian
Tauhid  yang  murni  dan  kuat  sekali, dan dalam pengertian
Tauhid yang sederhana dan jelas sekali.  Setiap  kemungkinan
yang  akan  mengaburkan pengertian dan pikiran Tauhid, Islam
tegas menolaknya dan menganggapnya kufur. "Allah tidak  akan
mengampuni  bila  Dia dipersekutukan. Tetapi selain itu akan
diampuniNya siapa saja yang dikehendakiNya." (QS, 4:48)
 
Bagaimanapun konsepsi Masehi tentang Trinitas,  yang  memang
mempunyai hubungan sejarah dengan beberapa agama lama, namun
bagi Muhammad itu sama sekali bukan  suatu  kebenaran.  Yang
benar  ialah  Allah  itu Esa, tidak bersekutu, tidak beranak
dan  tidak   diperanakkan,   dan   tak   ada   apapun   yang
menyerupaiNya. Jadi tidak heran kalau antara Muhammad dengan
pihak Nasrani masa itu  terjadi  diskusi  dengan  cara  yang
baik,   dan   wahyupun  memperkuat  Muhammad  seperti  dalam
ayat-ayat itu.
MASALAH PENYALIBAN AL-MASIH
 
Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat  Islam  dan
Nasrani,  dan  menjadi puncak perdebatan antara dua golongan
itu pada masa  Nabi,  ialah  masalah  penyaliban  Isa  untuk
menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang  Yahudi  membunuh  dan  menyalib
Isa.  "Dan  perkataan  mereka  bahwa:  kami  telah  membunuh
Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka  tidak
membunuhnya   dan   tidak   menyalibnya,   melainkan  begitu
terbayang pada mereka.  Dan  mereka  yang  masih  berselisih
pendapat  tentang  itu  sebenarnya masih ragu, sebab tak ada
pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka
saja,  dan  merekapun  tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepadaNya.  Maha  Mulia  Kekuasaan
Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)
 
Kalaupun  konsepsi  tentang  penebusan  dosa  anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa  yang  ditulis
orang  tentang  itu  patut  menjadi  bahan studi dari segala
seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun  prinsip
yang  telah  ditentukan  Islam, bahwa orang tidak dibenarkan
memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap  orang  pada
hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia
berbuat baik dibalas dengan kebaikan,  kalau  jahat  dibalas
dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua
ajaran ini  tidak  mungkin.  Di  sini  logika  Islam  sangat
konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian,
melihat garis perbedaan yang begitu  tajam  antara  konsepsi
penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang
bapa  takkan  dapat  menolong  anaknya,  dan  anakpun  tiada
sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)
 
Tentang  agama  baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan
bertemunya  konsepsi  Tauhid  dengan  ajaran yang dibawa Isa
itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara  mereka  itu  yang
lalu beriman kepada ajaran ini.

RUMAWI DAN KAUM MUSLIMIN
 
Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum
Muslimin  telah  turut  gembira  dan   menganggapnya   suatu
kemenangan  bagi  agama-agama  Kitab  - penguasa-penguasanya
tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu.  Mereka
memandang  semua  kemungkinan hanya dari segi politik semata
dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama  yang
baru  itu  kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka
malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan  pasukan
besar-besaran  -  suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang
lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya
perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan
pasukan Muslimin - dengan  Muhammad  sebagai  komandannya  -
yang  hendak  menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan
itu.
 
Sejak itulah kaum Muslimin dan  kaum  Nasrani  berada  dalam
posisi   permusuhan   politik,   yang   selama  berabad-abad
berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama
itu   lingkungan   kekuasaan  mereka  membentang  sampai  ke
Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah
timur.  Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru
itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
 
Setelah tiba masanya sejarah harus  beredar,  pihak  Nasrani
pun  mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka
dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama  dan
Nabi  dengan  cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan
fitnah semata-mata. Demikian kejinya  mereka  itu,  sehingga
lupa  mereka  tentang  apa  yang pernah disampaikan Muhammad
'alaihissalam dalam hadis-hadis  dan  dalam  Qur'an  melalui
wahyu  yang  diturunkan  kepadanya,  bahwa  Islam mengangkat
martabat Isa 'alaihissalarn setinggi  yang  diberikan  Allah
kepadanya.

PENULIS-PENULIS KRISTEN DAN MUHAMMAD
 
Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai
pada pertengahan  abad  kesembilanbelas,  sehubungan  dengan
adanya  mereka  yang  berprasangka  jahat  terhadap Muhammad
Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada  itu
Muhammad  masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam
kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak
berhasil  menduduki  kursi Paus, lalu menciptakan agama baru
untuk membalas dendam kepada  kawan-kawannya.  Cerita-cerita
khayal  dan  cabul  banyak  terjadi  dalam sejarah hidupnya.
Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri  dari  hasil
lektur  semacam  itu. 'Cerita Muhammad' yang disiarkan oleh
Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831  melukiskan  kepada
kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan
itu tentang dia. Dalam  abad  ketujuhbelas  Bell  memberikan
suatu  tanggapan  tentang  sejarah yang sifatnya merendahkan
arti  Qur'an  dengan  suatu  tinjauan  berdasarkan  sejarah.
Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan
yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa
ketentuan  moral  dan  sosial  yang  dibuatnya tidak berbeda
dengan ketentuan Kristen, kecuali soal  hukum  qishash  (Lex
Talionis?) dan polygyny."
 
Dari  sekian  banyak  Orientalis  yang telah membuat analisa
tentang sejarah hidup Muhammad,  ada  seorang  di  antaranya
yang agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia
memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama  ini
dengan  mengatakan:  "Sesudah  pecah  perang  Islam-Kristen,
dengan sendirinya jurang pertentangan  dan  salah-pengertian
bertambah  lebar,  tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa
orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu
sampai   begitu   memuncak.   Sejak   zaman  penulis-penulis
Bizantium,  tanpa  mau  bersusah  payah   mengadakan   studi
-kecuali   Jean  Damasceme-  telah  melempari  Islam  dengan
pelbagai  macam  penghinaan.  Para   penulis   dan   penyair
menyerang  kaum  Muslimin  Andalusia dengan cara yang sangat
rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta,
orang  yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai
seorang  pendeta  Rumawi  yang marah dan dendam karena tidak
dipilih  menduduki  kursi  Paus  ...   Dan   yang   sebagian
mengiranya    ia    adalah    tuhan    palsu,    yang   oleh
pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa  kurban-kurban
manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu
serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena  krisis
mabuk  yang  jelas  sekali,  dan  bahwa  tubuhnya  kedapatan
terdampar  di  atas  timbunan  kotoran  binatang  dan  sudah
dimakan  babi.  Oleh  karena  itu,  lalu  ditafsirkan, bahwa
itulah  sebabnya  minuman  keras  dan  daging  binatang  itu
diharamkan.
 
Di   samping  itu  ada  beberapa  nyanyian  yang  melukiskan
Muhammad  sebagai  berhala  dari  emas,  dan   mesjid-mesjid
sebagai  kuil-kuil  kuno yang penuh dengan patung-patung dan
gambar-gambar.   Pencipta   "Nyanyian   Antakia"    (Chanson
d'Antioche)  membawa cerita tentang adanya orang yang pernah
melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas  dan  perak  murni
dan  dia  duduk  di atas seekor gajah di tempat yang terbuat
dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian  Roland"  (Chanson  de
Roland)     melukiskan     pahlawan-pahlawan     Charlemagne
menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa  kaum
Muslimin  di  Andalusia  itu menyembah trinitas terdiri dari
Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman
de  Mahomet)  itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita
melakukan polyandri.
 
"Cara  berpikir  yang  penuh  dengan  kedengkian  dan  penuh
legenda  itu  tetap  menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman
Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada
saja  orangorang  semacam  Nicolas  de Cuse, Vives, Maracci,
Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang  lain.  Mereka  itu
menggambarkan  Muhammad  sebagai penipu, dan Islam merupakan
sekumpulan kaum bidat. Semua  itu  adalah  perbuatan  setan.
Kaum  Muslimin  adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah
suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya
secara  sungguh-sungguh,  karena  sudah  dianggap  tidak ada
artinya.  Tetapi,  dalam  pada  itu  Pierre  le   Venerable,
pengarang  pertama  yang telah menulis risalah anti Islam di
Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan  Qur'an  ke
dalam  bahasa  Latin.  Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal
termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam.
Innocent  III  pernah  melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah
musuh  Kristus   (Antichrist).   Sedang   abad   Pertengahan
menganggap  Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
Kristen).  Orang-orang  semacam  Raymond  Lulle  dalam  abad
keempatbelas,   Guellaume  Postel  dalam  abad  keenambelas,
Roland dan Gagnier dalam  abad  kedelapanbelas,  Pendeta  de
Broglie  dan  Renan  dalam  abad  kesembilanbelas, mempunyai
tanggapan  yang  beraneka  ragam.   Sebaliknya   orang-orang
semacam  Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval,
Dozy,  Sprenger,  Barthelemy  Saint-Hilaire,  de  Casteries,
Carlyle  dan  yang  lain, pada umumnya mereka memperlihatkan
sikap  jujur   terhadap   Islam   dan   Nabi,   dan   kadang
memperlihatkan  sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun
1876 Droughty bicara  tentang  Muhammad  dengan  mengatakan:
"Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822
juga Foster telah  mencacinya.  Sampai  sekarang  sebenarnya
masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."[5]
 
Catatan kaki:
-------------
[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
berikutnya.
 
Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu
rendah menyerangnya? Juga sudah kita lihat kegigihan  mereka
selama berabad-abad     yang  mau menanamkan rasa permusuhan
dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di  kalangan
mereka  itu  ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang
biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan  zaman
kebebasan   berpikir  serta  adanya  deklarasi  persaudaraan
antara sesama manusia.
 
Dengan  adanya  orang-orang  yang  jujur  dalam  batas-batas
tertentu   telah   mengurangi   juga  adanya  pengaruh  yang
menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh  Dermenghem  itu.
Di  antara  mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad
membawakan risalah itu  yang  dipercayakan  Allah  kepadanya
melalui  wahyu  yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat
menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani,  ketinggian
akhlaknya,  harga  dirinya serta jasanya yang tidak sedikit.
Ada yang melukiskan semua itu  dengan  gaya  yang  kuat  dan
indah  sekali.  Meskipun  demikian,  pihak  Barat masih juga
berprasangka  buruk  terhadap  Islam  dan   terhadap   Nabi,
kemudian  demikian  beraninya  mereka  itu sampai-sarnpai di
daerah-daerah Islam sendiri kalangan misionaris  melancarkan
penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum
Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.  
---------------------------------------------
S E J A R A H    H I D U P    M U H A M M A D
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
 
Seri PUSTAKA ISLAM No.1